Kamis, 05 September 2013

laporan pengamatan alel ganda



LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
UNIT III
(alel ganda)
OLEH
NAMA : LIA ALLO LAYUK         
                                                 NIM       : 10270013
                                                KELAS  :   A
                                                KELOMPOK :  V
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut alel ganda (multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat menyebabkan inkompatibilitas, yaitu kegagalan tanaman untuk fertilisasi setelah menyerbuk sendiri atau persilangan. Peristiwa inkompatibilitas ini disebabkan alel pada tepung sari sama dengan alel pada sel telur, sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala putik tidak dapat membentuk buluh tepung sari (Murniati,2010).
Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel.Fenomena semacam inilah yang disebut sebagai alel ganda.Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah) (Murniati,2010).
Pada tumbuhan, hewan dan manusia dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda.Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan alel ganda.Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dkanal alel ganda IAIB dan I, harus dipahami tentang pengertian tentang antigen, zat anti (antibodi) dan aglutinasi (Siti, 2011).
Mengetahui alel yang merupakan unit struktur utama yang pada akhirnya mampu menciptakan individu baru dari hasil persilangan merupakan hal yang penting.Dengan melakukan percobaan mengenai Alel Ganda, pemahaman tentang pewarisan sifat terutama mengenai alel ganda dalam penggolongan darah dapat dipahami.

B.     TUJUAN
Mengenal beberapa sifat keturunan pada manusia yang di tentukan oleh pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan genotype dirinya sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bila seseorang mengatakan kata alel, yang terbayang dibenak kita adalah sepasang gen yang terdiri dari dua anggota yang masing-masing terletak pada lokus (tempat) yang sama dalam pasangan kromosom yang homolog (Siti, 2011). Sampai pembicaraan sejauh ini kita beranggapan bahwa suatu lokus dalam sebuah kromosom itu hanya ditempati oleh salah satu dari sepasang alel saja. Apabila sebuah lokus dalam sebuah kromosom ditempati oleh beberapa atau suatu seri alel maka alel-alel demikian disebut alel ganda (dalam bahasa inggris: “multiple alleles”). Peristiwanya dinamakan multiple allelmorfi (Suryo, 1984).
Belum banyak yang mengetahui bahwa dalam alel itu ada yang disebut sebagai alel ganda beserta contoh dan komponen-komponen yang terdapat didalamnya.Contoh sederhananya adalah darah yang memberikan peranan amat penting untuk kehidupan suatu organisme.Masyarakat luas sudah tidak asing lagi dengan kata golongan darah atau transfusi darah atau bahkan tak heran dengan berbagai variasi warna bulu pada kelinci. Namun pengetahuan mereka hanya sebatas itu tanpa mengetahui apa hubungannya dengan alel ganda yang terdapat pada gen. Alel ganda bukan hanya sebatas ada pada manusia melainkan pada hewan dan tumbuhan pun alel ganda itu ada. Tetapi ada perbedaan antara alel ganda pada manusia, hewan, dan tumbuhan (Siti, 2011).
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan secara kuantitatif. Beberapa sifat pada manusia, hewan maupun tumbuhan seringkali ditentukan oleh adanya gen ganda. Misalnya,tinggi badan manusia, pigmentasi kulit,panjang tongkol jagung dan sebagainya (Anonim, 2012).
   Karena pada suatu organisme jumlah gen jauh lebih besar daripada jumlah kromosom, maka tiap kromosom harus mengandung banyak gen. tempat pada kromosom dimana terdapat suatu gen tertentu disebut lokus. Kedua alela yang mengontrol suatu sifat tertentu, terletak pada lokus yang sama pada masing-masing kromosom yang homolog. Untuk memperagakan kebenaran teori kromosom, kita harus mampu menghubungkan ada atau tidak adanya suatu sifat tertentu dengan ada atau tidaknya suatu kromosom tertentu didalam sel-sel organisme itu. Tetapi menurut teori kromosom, kedua alela yang mengontrol pemunculan suatu sifat tertentu itu, terletak di lokus yang sama pada dua kromosom yang homolog. Kromosom yang homolog, secara visual tidak dapat dibedakan satu sama lain. Dengan demikian dengan mengamati satu anggota dari pasangan itu tidaklah mungkin untuk menyatakan apakah kromosom tersebut mengandung alela tertentu atau tidak (Kimball, 1983).
Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang berbeda-beda satu sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1 selalu terlihat seperti salah satu dari kedua varietas induk sebab salah satu alel dalam satu alel tersebut menunjukkan dominani sempurna terhadap alel yang satu lagi. Dalam situasi semacam itu, fenotip heterozigot dan homozigot dominan tidak dapat dibedakan (Campbell, dkk., 2010).
Variasi lain pada hubungan dominansi diantara alel-alel disebut kodominansi. Dalam variasi ini, kedua alel sama-sama mempengaruhi fenotip dengan cara terpisah dan dapat dibedakan. Misalnya golongan darah MN manusia ditentukan oleh alel-alel kodominan untuk dua molekul spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah, molekul M dan N. satu lokus tunggal, yang bisa mengandung dua variasi alel, menentukan fenotipe golongan darah ini. Pada orang yang homozigot untuk alel N (NN) memiliki sel darah merah yang hanya mengandung molekul N. akan tetapi molekul M maupun N terdapat pada sel-sel darah merah orang yang heterozigot untuk alel M dan N (MN). Perhatikan bahwa fenotipe MN bukan pertengahan antara fenotipe M dan N, yang membedakan kodominansi dan dominansi tak sempurna.fenotipe M maupun N sama-sama ditunjukkan oleh heterozigot, karena kedua molekul itu ada (Campbell, dkk., 2010).
Hanya ada dua alel untuk karakter-karakter ercis yang dipelajari oleh Mendel, namun sebagian besar gen terdapat dalam dua bentuk alel atau lebih. Golongan darah ABO pada manusia misalnya, ditentukan oleh tiga alel dalam satu gen tunggal IA, IB, dan i. golongan darah seseorang (fenotipe) mungkin salah satu dari empat tipe: A, AB, AB, atau O. huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat-A dan B- yang bisa ditemukan dipermukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A (golongan darah A), karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah AB), atau tidak keduanya (golongan darah O) (Campbell, dkk., 2010).
Pada tahun 1900 K. Landsteiner menemukan lokus ABO pada manusia yang terdiri atas tiga buah alel, yaitu IA, IB, dan i. Dalam keadaan heterozigot IA dan IB bersifat kodominan, sedang i merupakan alel resesif  Golongan darah ABO diatur oleh dua gen (alel) isoaglutinogen yang berinteraksi satu sama lain. Golongan darah yang dapat diperiksa merupakan fenotipe, sedangkan dua alel yang mengaturnya adalah genotip.Antigen A dan B bersifat kodominan, artinya keberadaan kedua antigen tersebut sama-sama bersifat dominan terhadap tidak adanya antigen (O). Golongan darah A mungkin memiliki genotip AA atau AO. Demikian juga B, mungkin memiliki genotipe BB atau BO.Sedangkan O pasti memiliki genotipe OO dan AB memiliki genotipe AB (Anonim, 2012).
Telah diketahui bahwa golongan darah seseorang ditetapkan berdasarkan macamnya antigen dalam eritrosit yang dimilikinya.  Orang yang mampu membentuk antigen-A memiliki alel IA dalam kromosom, yang mampu membentuk antigen-B memiliki alel IB, yang memiliki alel IA dan IBdapat membentuk antigen-A dan antigen-B, sedangkan yang tidak mampu membentuk antigen sama sekali memiliki alel resesif I. interaksi antara alel-alel IA, IB dan I menyebabkan terjadinya 4 fenotip golongan darah A, B, AB, dan O (Suryo, 1984)
            Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakarida di dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentu karakteristik reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serum darah. Antibodi adalah zat penangkal terhadap berbagai zat asing (antigen) dan zat-zat yang tidak diinginkan lainnya yang masukkedalam tubuh (Anonim,2012).
            Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri (Anonim, 2012).Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi ialamiah disalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit.Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (aglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang. Antigen dan antibody dalam golongan darah tersebut adalah (Agus dan Sjafaraenan, 2013)
Golongan darah
(fenotip)
Antigen dalam
Eritrosit
Antibodi dalam
Serum
A
A
Anti-B
B
B
Anti-A
AB
A dan B
-
O
-
Anti-A dan anti-B
:
Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut sangat perlu untuk diperhatikan agar aglutinasi dapat dihindari.Golongan darah diturunkan dengan persilangan genetik Mendel. Peluang golongan darah anak dilihat dari golongan darah kedua orangtuanya dapat dilihat pada tabel berikut (Utomo, 2009)..





















BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    WAKTU PRAKTIKUM
Hari/tanggal : Senin,10 Juni 2013
Waktu           : 09.00- 10.30
Tempat          : Laboratorium Biologi FKIP UVRI Makassar

B.     ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Antiserum (serum anti- A,anti- B,dan anti Rh (D)
2.      Jari tangan dan darahnya sendiri

C.     CARA KERJA
1.       Membersihkan salah satu jari tangan yang akan diambil darahnya dengan kapas yang terlah diberi alkohol.
2.       Menusuk salah satu jari tangan dengan autoclick yang telah terisi jarum.
3.        Meneteskan darah sebanyak 2 tetes di atas objek gelas.
4.       Meneteskan serum anti-A di tetesan darah pertama dan serum anti-B di tetesan darah kedua.
5.       Mengaduk serum dan tetesan darah dengan pinset hingga tercampur.
6.       Mengamati perubahan apakah terjadi penggumpalan darah atau tidak.
7.        Mencatat hasil golongan darah di tabel data kelas.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL PENGAMATAN
Tabel golongan darah biologi kelas A :

No.
Nama Mahasiswa
Anti-A
Anti-B
Golongan darah
1
Ni Wayan Rastuti
-
-
O
2
Ira Susanti
-
-
O
3
Afni Meturan
-
-
O
4
Sunastriani
-
-
O
5
Faunal jhony
-
+
B
6
Rosalia Sofina
+
-
A
7
Julita Benteng .M
-
-
O
8
Ariesta Wulan. RS
-
-
O
9
Iba Yuliamis .M
-
-
O
10
Nur Aminah
+
+
AB
11
Sri Mulyani
+
-
A
12
Nurhayati
+
+
AB
13
Uswatun
-
-
O
14
Seprianus
-
+
B
15
Astrid Praticia
-
-
O
16
Jumriani
-
+
B
17
Nur Insani Saleh
-
-
O
18
Sitti Fatimah
+
-
A
19
Khaerunisa
+
-
A
20
Darusman
+
-
A
21
Yulita Bulu Daton
+
+
AB
22
Sitti Hartinah Efruan
-
+
B
23
Cristin Junedi
+
+
AB
24
Lia Allo Layuk
-
-
O
25
Nur Qalby Lirabiah
-
+
B
26
Ratna Mega Sari
-
-
O
27
Suharni
-
-
O
28
Paskalia Yufani. M
-
-
O
29
Sapia Makasar
-
-
O
30
Maria Densiana
+
-
A

Frekuensi alel IA, IB, i berdasarkan rumus Hardy-Weinberg : 
(p+q+r)2 = 1
 (P2+2pq+q2+2qr+2pr+r2)=1
Diketahui :
Jumlah siswa : 30 orang
orang yang bergolongan darah O = 15 orang
orang  yang bergolongan darah A = 6 orang
 orang  yang bergolongan darah B = 5 orang
orang yang bergolongan darah AB = 4 orang
ditanyakan:

a.       Frekuensi alel IA, IB, i
b.      persentasi genotipe darah
1.      frekuensi alel IA IB,i
a.       frekuensi alel I : O
r2 : golongan darah O
r2 : 15/ 30
r2 : 0,5
r : √0,5
r : 0,70
b.      frekuensi alel IA : A
(p + r )2 : frekuensi golongan darah A + frekuensi golongan darah B
(p + r)2 : 6/ 30 + 5/ 30
(p + r)2 : 0,36
(p + r) : √0,36
(p + r) : 0,6
P : 0,70 – 0,6
P : 0,1
Jadi frekuensi alel IA : 0,1
c.       frekuensi alel IB
p + q + r : 1
q : 1- (p + r)
q : 1- (0,1 + 0,70)
q : 1- 0,8
q : 0,2
jadi frekuensi alel IB : 0,2
frekuensi genotype darah
1.      alel IA : P2
IA : (0,1)2
IA : 0,01
2.      alel IB : q2
IB : (0,2)2
IB : 0,04
Persentase genotype darah
Hukum Hardy Waenbreg
P2 IA IA + 2 pr IA I + 2 qr IB i+ 2 pq IA IB + r2 ii
1.      golongan darah homozigot (p2 IA IA) : 0,01 × 30 : 0
2.      golongan darah heterozigot (2pr IA i) : 2× 0,1× 0,70 × 30 : 4 orang
3.      golongan darah B homozigot ( q2 IB IB ) : 0,04 × 30 : 1 orang
4.      golongan darah B heterozigot (2qr IB i) : 2× 0,2 × 0,7 × 30 : 8 orang
5.      golongan darah AB (2pq IA IB) : 2× 0,1 × 0,2 × 30 : 1 orang
6.      golongan darah O (r2 ii) : 0,70 × 30 : 21 orang
jadi persentasi gilongan darah A, B, AB, dan O adalah :
1.      persentasi golongan darah A homozigot : 0
2.      persentasi golongan darah A heterozigot : 4 / 30× 100% : 13,3 %
3.      persentasi golongan darah B homozigot : 1 / 30 × 100% : 3,3 %
4.      persentasi golongan darah B heterozigot : 8 / 30 × 100% : 26,6%
5.      persentasi golongan darah AB : 1 / 30 × % : 3,3%
6.      persentasi golongan darah O : 21 / 30 × 100% : 70%

B.     PEMBAHASAN
Golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan adanya antigen yang terdapat dalam tiap tipe darah. Pada percobaan kali ini akan diteliti mengenai penggolongan darah sistem ABO. Jumlah praktikan yang akan diambil sampel darahnya adalah 30 orang praktikan. Setelah di tes golongan darah dengan bantuan serum anti-A, serum anti-B, lancet serta autoclick maka didapatkan bahwa golongan darah O sebanyak 15 orang, darah A sebanyak 6 orang, darah B sebanyak 5 orang dan darah AB hanya 4 orang saja.
Darah AB yang paling sedikit ditemui dan darah O dan B yang banyak ditemui pada pengambilan sampel darah kali ini. Percobaan ini bertujuan untuk menghitung frekuensi masing – masing alel dan persentase genotip darah. Untuk menghitung frekuensi dan persentase, digunakan rumus Hardy-Wenberg. Didapatkan hasil yaitu alel IA = 0,1 alel IB = 0,2 dan i = 0,70. Sedangkan pada perhitungan persentase didapatkan hasil yaitu Jadi, persentase genotip darah untuk alel i  = 70% , alel IA = 13,3%, alel IB = 26,6%,dan alel IAIB = 3,3%.
Di setiap negara, golongan darah seseorang yang paling paling banyak ditemui tidak selalu sama jumlahnya tergantung etnis yang mendominasi. Namun secara umum, di seluruh dunia darah golongan O+ paling banyak ditemukan sementara golongan AB- paling jarang di temui diseluruh dunia di populasi manapun.
            Berdasarkan faktor rhesusnya, golongan darah yang memiliki rhesus positif lebih banyak dibandingkan rhesus negatif, dengan perbandingan 85 persen dan 15 persen. Artinya golongan A+, B+, AB+ dan O+ secara umum lebih mudah ditemukan dibandingkan golongan darah dengan rhesus negatifnya..
Sementara dari semua jenis golongan darah yang dikenal, golongan darah O rhesus positif atau O+ adalah golongan darah paling banyak ditemukan yakni mencapai 35-40 persen dari populasi dunia. Golongan AB rhesus negatif atau AB- paling jarang ditemukan, hanya sekitar 0,45 persen dari populasi.
            Tidak diketahui pasti apa sebabnya, namun masing-masing golongan darah memiliki dominasi sendiri di wilayah tertentu. AB adalah golongan darah yang paling jarang dimiliki di seluruh dunia, namun paling banyak ditemukan di Jepang, Korea dan beberapa wilayah di China. Di beberapa tempat tersebut, perbandingan jumlahnya tak lebih dari 10 persen dari populasi. Mungkin saja golongan darah O banyak ditemukan karena adanya kodominansi pada golongan darah.
Pada darah, setiap fenotip memiliki alel ganda didalamnya. Misalnya saja pada golongan darah A yang memiliki dua kemungkinan alel yaitu IAIA dan IAi dan golongan darah B juga memiliki dua kemungkinan alel yaitu yaitu IBIB dan IBi. Golongan darah O memiliki genotip ii. Sehingga pada saat terjadi randomisasi (perkawinan acak) pada suatu populasi, golongan darah O lah yang paling banyak karena pada empat golongan darah yang ada yaitu A,B,AB,O, mengandung alel I kecuali pada golongan darah AB yang mengandung alel IAIB dan sangat jarang ditemui karena pada saat terjadi randomisasi, banyak terjadi kodominansi sehingga pewarisan alel IAIB ini sangat jarang ditemui.
Hal ini bisa kita lihat pada saat praktikum alel ganda ini. Praktikan dengan golongan darah O memiliki jumlah terbanyak yaitu 15 dan yang paling sedikit adalah golongan darah AB. Perkawinan antara seseorang bergolongan darah O dengan golongan darah A atau B tidak mungkin menghasilkan anak dengan golongan darah AB. Anak dengan golongan darah AB hanya bisa dihasilkan dari pernikahan orang tua yang memiliki golongan darah A dan B. Itulah yang menjadi alasan mengapa orang yang bergolongan darah AB sangat jarang ditemui.

C.      
BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan mengenai alel ganda adalah sebagai berikut.
1.      Ternyata golongan darah dalam populasi kelas Biologi B yaitu golongan darah A adalah 6 orang, bergolongan darah B 5 orang, bergolongan darah AB 4 orang, dan yang bergolongan darah B berjumlah 15 orang.
2.      Golongan darah pada manusia ditentukan oleh alel ganda dimana gen yang menentukan golongan darah disebut gen I (isoaglutinin), sedangkan alel-alelnya ialah i, IA, dan IB. Alel i adalah resesif. Sedangkan alel IA dan IB merupakan alel kodominan, sehingga IA tidak dominan terhadap IB, begitupun sebaliknya IB tidak dominan terhadap IA dan alel IA dan IB tidak ada yang resesif maupun dominan sehingga membentuk golongan darah AB.
3.      Pada kelas Biologi A didapatkan hasil frekuensi alel yaitu alel IA = 0,1, alel IB = 0,2dan i = 0,70

B.     SARAN
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu diharapkan pada setiap praktikan agar bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum ini agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.








DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rosana dan Sjafraenan, 2013. Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Anonim, 2012. Alel Kodominan Pada Golongan Darah. http://biocyber.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G., 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kimball, J.W., Tjitrosomo, S.S., Sugiri, N., 1983.Biologi Jilid 1 Edisi Kelima.Erlangga. Jakarta.
Murniati, Anggraini, 2010. Penuntun praktikum alel ganda laboratorium genetika. http://biologiUNRI.ac.id. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Suryo, H. 1984.Genetika Manusia. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.
Siti, Annisa, 2011. Faktor penentu penggolongan darah. http://Sitianiezha.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Utomo, Salim. 2009.Penentuan penggolongan darah pada manusia. http://biologizone.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.

                                                                                                                                









                                                                                                                             

1 komentar: