LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
UNIT
III
(alel
ganda)
OLEH
NAMA
: LIA ALLO LAYUK
NIM : 10270013
KELAS : A
KELOMPOK
: V
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN
REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sebuah gen
dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut alel ganda
(multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat menyebabkan inkompatibilitas,
yaitu kegagalan tanaman untuk fertilisasi setelah menyerbuk sendiri atau
persilangan. Peristiwa inkompatibilitas ini disebabkan alel pada tepung sari
sama dengan alel pada sel telur, sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala
putik tidak dapat membentuk buluh tepung sari (Murniati,2010).
Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah
bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua
macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel.Fenomena
semacam inilah yang disebut sebagai alel ganda.Meskipun demikian, pada individu
diploid, yaitu individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom
homolog, betapa pun banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul
hanyalah sepasang (dua buah) (Murniati,2010).
Pada
tumbuhan, hewan dan manusia dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan
oleh suatu seri alel ganda.Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner
pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner
pada tahun 1942 juga ditentukan alel ganda.Untuk golongan darah tipe ABO
misalnya, dkanal alel ganda IAIB dan I, harus
dipahami tentang pengertian tentang antigen, zat anti (antibodi) dan aglutinasi
(Siti, 2011).
Mengetahui
alel yang merupakan unit struktur utama yang pada akhirnya mampu menciptakan
individu baru dari hasil persilangan merupakan hal yang penting.Dengan
melakukan percobaan mengenai Alel Ganda, pemahaman tentang pewarisan sifat
terutama mengenai alel ganda dalam penggolongan darah dapat dipahami.
B. TUJUAN
Mengenal beberapa sifat keturunan pada
manusia yang di tentukan oleh pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan
genotype dirinya sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bila seseorang mengatakan kata alel, yang terbayang dibenak
kita adalah sepasang gen yang terdiri dari dua anggota yang masing-masing
terletak pada lokus (tempat) yang sama dalam pasangan kromosom yang homolog
(Siti, 2011). Sampai pembicaraan sejauh ini kita beranggapan bahwa suatu lokus
dalam sebuah kromosom itu hanya ditempati oleh salah satu dari sepasang alel
saja. Apabila sebuah lokus dalam sebuah kromosom ditempati oleh beberapa atau
suatu seri alel maka alel-alel demikian disebut alel ganda (dalam bahasa
inggris: “multiple alleles”). Peristiwanya dinamakan multiple allelmorfi
(Suryo, 1984).
Belum banyak yang mengetahui bahwa dalam alel itu ada yang
disebut sebagai alel ganda beserta contoh dan komponen-komponen yang terdapat
didalamnya.Contoh sederhananya adalah darah yang memberikan peranan amat
penting untuk kehidupan suatu organisme.Masyarakat luas sudah tidak asing lagi
dengan kata golongan darah atau transfusi darah atau bahkan tak heran dengan
berbagai variasi warna bulu pada kelinci. Namun pengetahuan mereka hanya
sebatas itu tanpa mengetahui apa hubungannya dengan alel ganda yang terdapat
pada gen. Alel ganda bukan hanya sebatas ada pada manusia melainkan pada hewan
dan tumbuhan pun alel ganda itu ada. Tetapi ada perbedaan antara alel ganda
pada manusia, hewan, dan tumbuhan (Siti, 2011).
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan
secara kuantitatif. Beberapa sifat pada manusia, hewan maupun tumbuhan
seringkali ditentukan oleh adanya gen ganda. Misalnya,tinggi badan manusia,
pigmentasi kulit,panjang tongkol jagung dan sebagainya (Anonim, 2012).
Karena pada suatu
organisme jumlah gen jauh lebih besar daripada jumlah kromosom, maka tiap
kromosom harus mengandung banyak gen. tempat pada kromosom dimana terdapat
suatu gen tertentu disebut lokus. Kedua alela yang mengontrol suatu sifat
tertentu, terletak pada lokus yang sama pada masing-masing kromosom yang
homolog. Untuk memperagakan kebenaran teori kromosom, kita harus mampu
menghubungkan ada atau tidak adanya suatu sifat tertentu dengan ada atau
tidaknya suatu kromosom tertentu didalam sel-sel organisme itu. Tetapi menurut
teori kromosom, kedua alela yang mengontrol pemunculan suatu sifat tertentu
itu, terletak di lokus yang sama pada dua kromosom yang homolog. Kromosom yang
homolog, secara visual tidak dapat dibedakan satu sama lain. Dengan demikian
dengan mengamati satu anggota dari pasangan itu tidaklah mungkin untuk
menyatakan apakah kromosom tersebut mengandung alela tertentu atau tidak
(Kimball, 1983).
Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan
yang berbeda-beda satu sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1
selalu terlihat seperti salah satu dari kedua varietas induk sebab salah satu
alel dalam satu alel tersebut menunjukkan dominani sempurna terhadap alel yang
satu lagi. Dalam situasi semacam itu, fenotip heterozigot dan homozigot dominan
tidak dapat dibedakan (Campbell, dkk., 2010).
Variasi lain pada hubungan dominansi diantara alel-alel
disebut kodominansi. Dalam variasi ini, kedua alel sama-sama mempengaruhi
fenotip dengan cara terpisah dan dapat dibedakan. Misalnya golongan darah MN
manusia ditentukan oleh alel-alel kodominan untuk dua molekul spesifik yang
terletak pada permukaan sel darah merah, molekul M dan N. satu lokus tunggal,
yang bisa mengandung dua variasi alel, menentukan fenotipe golongan darah ini. Pada
orang yang homozigot untuk alel N (NN) memiliki sel darah merah yang hanya
mengandung molekul N. akan tetapi molekul M maupun N terdapat pada sel-sel
darah merah orang yang heterozigot untuk alel M dan N (MN). Perhatikan bahwa
fenotipe MN bukan pertengahan antara fenotipe M dan N, yang membedakan
kodominansi dan dominansi tak sempurna.fenotipe M maupun N sama-sama
ditunjukkan oleh heterozigot, karena kedua molekul itu ada (Campbell, dkk.,
2010).
Hanya ada dua alel untuk karakter-karakter ercis yang dipelajari
oleh Mendel, namun sebagian besar gen terdapat dalam dua bentuk alel atau
lebih. Golongan darah ABO pada manusia misalnya, ditentukan oleh tiga alel
dalam satu gen tunggal IA, IB, dan i. golongan darah
seseorang (fenotipe) mungkin salah satu dari empat tipe: A, AB, AB, atau O.
huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat-A dan B- yang bisa ditemukan
dipermukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A
(golongan darah A), karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah
AB), atau tidak keduanya (golongan darah O) (Campbell, dkk., 2010).
Pada tahun 1900 K. Landsteiner menemukan lokus ABO pada
manusia yang terdiri atas tiga buah alel, yaitu IA, IB, dan i. Dalam keadaan
heterozigot IA dan IB bersifat kodominan, sedang i merupakan alel resesif Golongan darah ABO diatur oleh dua gen (alel)
isoaglutinogen yang berinteraksi satu sama lain. Golongan darah yang dapat
diperiksa merupakan fenotipe, sedangkan dua alel yang mengaturnya adalah
genotip.Antigen A dan B bersifat kodominan, artinya keberadaan kedua antigen
tersebut sama-sama bersifat dominan terhadap tidak adanya antigen (O). Golongan
darah A mungkin memiliki genotip AA atau AO. Demikian juga B, mungkin memiliki
genotipe BB atau BO.Sedangkan O pasti memiliki genotipe OO dan AB memiliki
genotipe AB (Anonim, 2012).
Telah diketahui bahwa golongan darah seseorang ditetapkan
berdasarkan macamnya antigen dalam eritrosit yang dimilikinya. Orang yang mampu membentuk antigen-A memiliki
alel IA dalam kromosom, yang mampu membentuk antigen-B memiliki alel
IB, yang memiliki alel IA dan IBdapat
membentuk antigen-A dan antigen-B, sedangkan yang tidak mampu membentuk antigen
sama sekali memiliki alel resesif I. interaksi antara alel-alel IA,
IB dan I menyebabkan terjadinya 4 fenotip golongan darah A, B, AB,
dan O (Suryo, 1984)
Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakarida di dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentu karakteristik reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serum darah. Antibodi adalah zat penangkal terhadap berbagai zat asing (antigen) dan zat-zat yang tidak diinginkan lainnya yang masukkedalam tubuh (Anonim,2012).
Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri (Anonim, 2012).Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi ialamiah disalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit.Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (aglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang. Antigen dan antibody dalam golongan darah tersebut adalah (Agus dan Sjafaraenan, 2013)
Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakarida di dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentu karakteristik reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serum darah. Antibodi adalah zat penangkal terhadap berbagai zat asing (antigen) dan zat-zat yang tidak diinginkan lainnya yang masukkedalam tubuh (Anonim,2012).
Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri (Anonim, 2012).Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi ialamiah disalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit.Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (aglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang. Antigen dan antibody dalam golongan darah tersebut adalah (Agus dan Sjafaraenan, 2013)
Golongan darah
(fenotip)
|
Antigen dalam
Eritrosit
|
Antibodi dalam
Serum
|
A
|
A
|
Anti-B
|
B
|
B
|
Anti-A
|
AB
|
A dan B
|
-
|
O
|
-
|
Anti-A dan anti-B
|
:
Namun, pada transfusi darah
kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi yang mengakibatkan terjadinya
aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut sangat perlu untuk diperhatikan
agar aglutinasi dapat dihindari.Golongan darah diturunkan dengan persilangan genetik
Mendel. Peluang golongan darah anak dilihat dari golongan darah kedua
orangtuanya dapat dilihat pada tabel berikut (Utomo, 2009)..
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. WAKTU
PRAKTIKUM
Hari/tanggal
: Senin,10 Juni 2013
Waktu
:
09.00- 10.30
Tempat
:
Laboratorium Biologi FKIP UVRI Makassar
B. ALAT
DAN BAHAN
Adapun
alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Antiserum
(serum anti- A,anti- B,dan anti Rh (D)
2. Jari
tangan dan darahnya sendiri
C. CARA
KERJA
1.
Membersihkan salah satu jari tangan
yang akan diambil darahnya dengan kapas yang terlah diberi alkohol.
2.
Menusuk salah satu jari tangan
dengan autoclick yang telah terisi jarum.
3.
Meneteskan
darah sebanyak 2 tetes di atas objek gelas.
4.
Meneteskan serum anti-A di tetesan
darah pertama dan serum anti-B di tetesan darah kedua.
5.
Mengaduk serum dan tetesan darah
dengan pinset hingga tercampur.
6.
Mengamati perubahan apakah terjadi
penggumpalan darah atau tidak.
7.
Mencatat
hasil golongan darah di tabel data kelas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
PENGAMATAN
Tabel
golongan darah biologi kelas A :
No.
|
Nama Mahasiswa
|
Anti-A
|
Anti-B
|
Golongan darah
|
1
|
Ni Wayan Rastuti
|
-
|
-
|
O
|
2
|
Ira Susanti
|
-
|
-
|
O
|
3
|
Afni Meturan
|
-
|
-
|
O
|
4
|
Sunastriani
|
-
|
-
|
O
|
5
|
Faunal jhony
|
-
|
+
|
B
|
6
|
Rosalia Sofina
|
+
|
-
|
A
|
7
|
Julita Benteng .M
|
-
|
-
|
O
|
8
|
Ariesta Wulan. RS
|
-
|
-
|
O
|
9
|
Iba Yuliamis .M
|
-
|
-
|
O
|
10
|
Nur Aminah
|
+
|
+
|
AB
|
11
|
Sri Mulyani
|
+
|
-
|
A
|
12
|
Nurhayati
|
+
|
+
|
AB
|
13
|
Uswatun
|
-
|
-
|
O
|
14
|
Seprianus
|
-
|
+
|
B
|
15
|
Astrid Praticia
|
-
|
-
|
O
|
16
|
Jumriani
|
-
|
+
|
B
|
17
|
Nur Insani Saleh
|
-
|
-
|
O
|
18
|
Sitti Fatimah
|
+
|
-
|
A
|
19
|
Khaerunisa
|
+
|
-
|
A
|
20
|
Darusman
|
+
|
-
|
A
|
21
|
Yulita Bulu Daton
|
+
|
+
|
AB
|
22
|
Sitti Hartinah Efruan
|
-
|
+
|
B
|
23
|
Cristin Junedi
|
+
|
+
|
AB
|
24
|
Lia Allo Layuk
|
-
|
-
|
O
|
25
|
Nur Qalby Lirabiah
|
-
|
+
|
B
|
26
|
Ratna Mega Sari
|
-
|
-
|
O
|
27
|
Suharni
|
-
|
-
|
O
|
28
|
Paskalia Yufani. M
|
-
|
-
|
O
|
29
|
Sapia Makasar
|
-
|
-
|
O
|
30
|
Maria Densiana
|
+
|
-
|
A
|
Frekuensi
alel IA, IB, i berdasarkan rumus Hardy-Weinberg :
(p+q+r)2
= 1
(P2+2pq+q2+2qr+2pr+r2)=1
Diketahui
:
Jumlah
siswa : 30 orang
orang
yang bergolongan darah O = 15 orang
orang yang bergolongan darah A = 6 orang
orang
yang bergolongan darah B = 5 orang
orang
yang bergolongan darah AB = 4 orang
ditanyakan:
a. Frekuensi alel IA, IB,
i
b. persentasi genotipe darah
1. frekuensi alel IA IB,i
a. frekuensi alel I : O
r2 : golongan darah O
r2 : 15/ 30
r2 : 0,5
r : √0,5
r : 0,70
b. frekuensi alel IA : A
(p + r )2 : frekuensi golongan darah A +
frekuensi golongan darah B
(p + r)2 : 6/ 30 + 5/ 30
(p + r)2 : 0,36
(p + r) : √0,36
(p + r) : 0,6
P : 0,70 – 0,6
P : 0,1
Jadi frekuensi alel IA : 0,1
c. frekuensi alel IB
p + q + r : 1
q : 1- (p + r)
q : 1- (0,1 + 0,70)
q : 1- 0,8
q : 0,2
jadi frekuensi alel IB : 0,2
frekuensi genotype darah
1. alel IA : P2
IA : (0,1)2
IA : 0,01
2. alel IB : q2
IB : (0,2)2
IB : 0,04
Persentase
genotype darah
Hukum
Hardy Waenbreg
P2
IA IA + 2 pr IA I + 2 qr IB
i+ 2 pq IA IB + r2 ii
1. golongan
darah homozigot (p2 IA IA) : 0,01 × 30 : 0
2. golongan
darah heterozigot (2pr IA i) : 2× 0,1× 0,70 × 30 : 4 orang
3. golongan
darah B homozigot ( q2 IB IB ) : 0,04 × 30 : 1
orang
4. golongan
darah B heterozigot (2qr IB i) : 2× 0,2 × 0,7 × 30 : 8 orang
5. golongan
darah AB (2pq IA IB) : 2× 0,1 × 0,2 × 30 : 1 orang
6. golongan
darah O (r2 ii) : 0,70 × 30 : 21 orang
jadi
persentasi gilongan darah A, B, AB, dan O adalah :
1. persentasi
golongan darah A homozigot : 0
2. persentasi
golongan darah A heterozigot : 4 / 30× 100% : 13,3 %
3. persentasi
golongan darah B homozigot : 1 / 30 × 100% : 3,3 %
4. persentasi
golongan darah B heterozigot : 8 / 30 × 100% : 26,6%
5. persentasi
golongan darah AB : 1 / 30 × % : 3,3%
6. persentasi
golongan darah O : 21 / 30 × 100% : 70%
B. PEMBAHASAN
Golongan
darah seseorang ditentukan berdasarkan adanya antigen yang terdapat dalam tiap
tipe darah. Pada percobaan kali ini akan diteliti mengenai penggolongan darah
sistem ABO. Jumlah praktikan yang akan diambil sampel darahnya adalah 30 orang
praktikan. Setelah di tes golongan darah dengan bantuan serum anti-A, serum
anti-B, lancet serta autoclick maka didapatkan bahwa golongan darah O sebanyak
15 orang, darah A sebanyak 6 orang, darah B sebanyak 5 orang dan darah AB hanya
4 orang saja.
Darah
AB yang paling sedikit ditemui dan darah O dan B yang banyak ditemui pada
pengambilan sampel darah kali ini. Percobaan ini bertujuan untuk menghitung
frekuensi masing – masing alel dan persentase genotip darah. Untuk menghitung
frekuensi dan persentase, digunakan rumus Hardy-Wenberg. Didapatkan hasil yaitu
alel IA = 0,1 alel IB = 0,2 dan i =
0,70. Sedangkan pada perhitungan persentase didapatkan hasil yaitu Jadi, persentase genotip darah untuk alel
i = 70% , alel IA = 13,3%,
alel IB = 26,6%,dan alel IAIB = 3,3%.
Di
setiap negara, golongan darah seseorang yang paling paling banyak ditemui tidak
selalu sama jumlahnya tergantung etnis yang mendominasi. Namun secara umum, di
seluruh dunia darah golongan O+ paling banyak ditemukan sementara golongan AB-
paling jarang di temui diseluruh dunia di populasi manapun.
Berdasarkan faktor rhesusnya, golongan darah yang memiliki rhesus positif lebih banyak dibandingkan rhesus negatif, dengan perbandingan 85 persen dan 15 persen. Artinya golongan A+, B+, AB+ dan O+ secara umum lebih mudah ditemukan dibandingkan golongan darah dengan rhesus negatifnya..
Sementara dari semua jenis golongan darah yang dikenal, golongan darah O rhesus positif atau O+ adalah golongan darah paling banyak ditemukan yakni mencapai 35-40 persen dari populasi dunia. Golongan AB rhesus negatif atau AB- paling jarang ditemukan, hanya sekitar 0,45 persen dari populasi.
Tidak diketahui pasti apa sebabnya, namun masing-masing golongan darah memiliki dominasi sendiri di wilayah tertentu. AB adalah golongan darah yang paling jarang dimiliki di seluruh dunia, namun paling banyak ditemukan di Jepang, Korea dan beberapa wilayah di China. Di beberapa tempat tersebut, perbandingan jumlahnya tak lebih dari 10 persen dari populasi. Mungkin saja golongan darah O banyak ditemukan karena adanya kodominansi pada golongan darah.
Berdasarkan faktor rhesusnya, golongan darah yang memiliki rhesus positif lebih banyak dibandingkan rhesus negatif, dengan perbandingan 85 persen dan 15 persen. Artinya golongan A+, B+, AB+ dan O+ secara umum lebih mudah ditemukan dibandingkan golongan darah dengan rhesus negatifnya..
Sementara dari semua jenis golongan darah yang dikenal, golongan darah O rhesus positif atau O+ adalah golongan darah paling banyak ditemukan yakni mencapai 35-40 persen dari populasi dunia. Golongan AB rhesus negatif atau AB- paling jarang ditemukan, hanya sekitar 0,45 persen dari populasi.
Tidak diketahui pasti apa sebabnya, namun masing-masing golongan darah memiliki dominasi sendiri di wilayah tertentu. AB adalah golongan darah yang paling jarang dimiliki di seluruh dunia, namun paling banyak ditemukan di Jepang, Korea dan beberapa wilayah di China. Di beberapa tempat tersebut, perbandingan jumlahnya tak lebih dari 10 persen dari populasi. Mungkin saja golongan darah O banyak ditemukan karena adanya kodominansi pada golongan darah.
Pada
darah, setiap fenotip memiliki alel ganda didalamnya. Misalnya saja pada
golongan darah A yang memiliki dua kemungkinan alel yaitu IAIA dan
IAi dan golongan darah B juga memiliki dua kemungkinan alel yaitu
yaitu IBIB dan IBi. Golongan darah O memiliki
genotip ii. Sehingga pada saat terjadi randomisasi (perkawinan acak) pada suatu
populasi, golongan darah O lah yang paling banyak karena pada empat golongan
darah yang ada yaitu A,B,AB,O, mengandung alel I kecuali pada golongan darah AB
yang mengandung alel IAIB dan sangat jarang ditemui
karena pada saat terjadi randomisasi, banyak terjadi kodominansi sehingga
pewarisan alel IAIB ini sangat jarang ditemui.
Hal
ini bisa kita lihat pada saat praktikum alel ganda ini. Praktikan dengan
golongan darah O memiliki jumlah terbanyak yaitu 15 dan yang paling sedikit
adalah golongan darah AB. Perkawinan antara seseorang bergolongan darah O
dengan golongan darah A atau B tidak mungkin menghasilkan anak dengan golongan
darah AB. Anak dengan golongan darah AB hanya bisa dihasilkan dari pernikahan
orang tua yang memiliki golongan darah A dan B. Itulah yang menjadi alasan
mengapa orang yang bergolongan darah AB sangat jarang ditemui.
C.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan mengenai
alel ganda adalah sebagai berikut.
1. Ternyata golongan darah dalam
populasi kelas Biologi B yaitu golongan darah A adalah 6 orang, bergolongan
darah B 5 orang, bergolongan darah AB 4 orang, dan yang bergolongan darah B
berjumlah 15 orang.
2. Golongan darah pada manusia ditentukan oleh alel ganda dimana gen yang
menentukan golongan darah disebut gen I (isoaglutinin), sedangkan alel-alelnya ialah
i, IA, dan IB. Alel i adalah resesif. Sedangkan alel IA
dan IB merupakan alel kodominan, sehingga IA tidak
dominan terhadap IB, begitupun sebaliknya IB tidak
dominan terhadap IA dan alel IA dan IB tidak
ada yang resesif maupun dominan sehingga membentuk golongan darah AB.
3. Pada kelas Biologi A didapatkan
hasil frekuensi alel yaitu alel IA = 0,1, alel IB
= 0,2dan i = 0,70
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diajukan
pada praktikum ini yaitu diharapkan pada setiap praktikan agar
bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum ini agar tujuan yang ingin dicapai
dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafraenan, 2013. Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Anonim, 2012. Alel Kodominan Pada Golongan Darah. http://biocyber.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Campbell, N.A., Reece, J.B.,
Mitchell, L.G., 2010. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kimball, J.W., Tjitrosomo, S.S., Sugiri, N., 1983.Biologi
Jilid 1 Edisi Kelima.Erlangga. Jakarta.
Murniati, Anggraini, 2010. Penuntun
praktikum alel ganda laboratorium genetika. http://biologiUNRI.ac.id. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Suryo, H. 1984.Genetika
Manusia. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.
Siti, Annisa, 2011. Faktor
penentu penggolongan darah. http://Sitianiezha.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Utomo, Salim. 2009.Penentuan penggolongan darah pada
manusia. http://biologizone.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Terima kasih infonya
BalasHapus