Kamis, 05 September 2013

laporan pengamatan dormansi pada biji



Laporan lengkap praktikum
FISIOLOGI TUMBUHAN
DORMANSI PADA BIJI
OLEH
KELOMPOK V
NAMA                                :                                               LIA ALLO LAYUK
STAMBUK                        :                                               10270013
PRODI                                :                                               BIOLOGI
KELAS                               :                                               A
ASISTEN                           :              
                              
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun 60-90% dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jenis spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu. Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90%, tumbuhan hidrofik 85-98% dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 % .Dormansi biji berhubungan dengan usaha biji untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melakukan proses tersebut. (Anonim, 2008).
Pada perkecambahan tumbuhan tidak memulai kehidupan, akan tetapi meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang secara temporer dihentikan ketika biji menjadi dewasa dan embrionya menjadi tidak aktif. Biji jenis lain bersifat dorman dan tidak akan berkecambah, meskipun disesuaikan dalam tempat yang menguntungkan sampai petunjuk lingkungan tertentu menyebabkan biji mengakhiri dormansi tersebut (Goldworthy, 1992).
Dormansi terjadi dalam berbagai bentuk. Banyak biji dorman untuk suatu perioda waktu setelahnya keluar dari buah. Pohon melepaskan daun-daunnya untuk menghindari bahaya pada waktu udara menjadi dingin dan kering serta tanah membeku. Banyak tumbuhan basah, bagian atasnya mati selama perioda musim dingin atau kekeringan, sedangkan bagian yang ada dibawah seperti bulbus, lormus atau umbi tetap hidup, tetapi dalam keadaan dorman (Tim Dosen, 2008).
Untuk mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras perlu dilakukan perlakuan fisik maupun kimia. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga percobaan ini dilakukan.
B.     TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras dengan perlakuan fisik dan kimia.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Dorman artinya tidur atau beristirahat. Para ahli biologi  menggunakan istilah itu untuk tahapan siklus hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju metabolisme yang sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan berkembang. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa perkecambahan akan terjadi pada waktu dan tempat yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji. Pengakhiran periode dormansi umumnya memerlukan kondisi lingkungan yang tertentu, biji tumbuhan gurun, misalnya hanya berkecambah setelah hujan rintik-rintik yang sedang, tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan biji (Campbell, 2000).
            Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada seperti amplas,jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan HNOpekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk kedalam benih (Suetopo, 1985).
Variasi umur benih suatu tanaman sangatlah beragam, namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak akan hidup selamanya. Seperti, kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun beberapa biji dapat hidup lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam botol atau di udara terbuka pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan air dan sel akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat oksigen normal umumnya mempengaruhi dan merugikan masa hidup biji. Kehilangan daya hidup terbesar bila benih disimpan dalam udara lembab dengan suhu 35oC atau lebih (Dwidjoseputro, 1985).
Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi dapat dibagi atas dua macam, yaitu Impoised dormancy (quiscense) dan imnate dormancy (rest). Imposed dormancy (quiscence) adalah terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri (Dwidjoseputro, 1994).
Tipe dormansi:
a.       Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan. Seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis tanaman.
b.      Dormansi fisiologi : dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam seperti ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologi lainnya.
Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji (Salisbury dan Ross, 1995).
Perkecambah merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi tanaman yang sempurna. Perkecambahan biji yang dipermudah dengan keadaan tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat tumbuh larut air pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lain membuat potensial bahan tanam sebagai sumber keseragaman tanaman menjadi cukup rumit. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah tidak akan sama pada kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan air, temperatur dan organisme ( Sitompul dan Guritno, 1995).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses pekecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah (Anonim, 2007).
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
·         After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi (Anonim, 2010).
Benih yang dorman dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan benih. Keuntungannya benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak berkecambah selama penyimpanan. Sesungguhya benih-benih yang tidak dorman seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi selama pengangkutan atau penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus, kegagalan untuk mengatasai masalah ini dapat bersifat kegagalan perkecambaan (Anonim, 2010).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio (Salisbury and Ross, 1995).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis maupun chemis. Beberapa jenis biji tanaman memerlukan masa istirahat sesudah panen. After ripening period ini menunjukkan adanya perubahan biokimia dan fisiologis dalam biji yang lambat sebelum tumbuh menjadi tanaman. Perubahan-perubahan ini mungkin mencakup pembebasan hormone, absorpsi air, difusi oksigen ke dalam biji, difusi CO2 keluar dari biji, dan sebagainya ( Salisbury and Ross, 1995 ).
Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan sebagai berikut (Kartasapoetra, 2003):
Ø                         Perlakuan fisik
1. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih atau menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara.
2. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi lubang-lubang yang memudahkan air dan udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan.
3. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi (stratifikasi yaitu memberikan temperature rendah pada keadaan lembab, kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman. Perlakuan dengan temperature rendah dan tinggi). Temperature tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali pada kelapa swit.
4. Perendaman biji dengan air panas sehingga memudahkan air untuk masuk ke dalam biji.
Ø                         Perlakuan kimia
Pemberian bahan kimia (H2SO4 pekat dan KNO3) bertujuan menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.













BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.                WAKTU & TEMPAT
            Waktu             : Senin,           
            Pukul               : 13.30 – 15.30 WITA
            Tempat            : Laboratorium Biologi Universitas Veteran Republik Indonesia

A.                Alat & bahan :
*      Alat
a.    Cawan Petri 10 buah
b.    Gelas kimia
c.    Lemari es
d.    Stopwatch
*      Bahan
a.    Biji kacang tanah
b.    HCl 10% dan 20%
c.    Kapas
d.    Air

C.        CARA KERJA
1.    Menyiapkan 10 cawan petri dan member label A sampai dengan J
2.    Memberi alas pada masing-masing cawan petri dengan kapas yang lembab
3.    Menyiapkan 100 biji kacang tanah yang baik kemudian:
a.       Mengambil 20 biji, memasukkan 10 biji ke cawan A dan memasukkan 10 biji ke cawan B
b.      Merendam 20 biji dalam air selama 60 menit, kemudian memasukkan dalam cawan C dan D masing-masing 10 biji
c.        Merendam 20 biji ke dalam HCl 10% selama 10 menit, kemudian memasukkan dalam cawan E dan F masing- masing 10 biji
d.      Merendam 20 biji kedalam HCl 20% selama 10 menit, kemudian memasukkan ke dalam cawan G dan H
e.        Menyimpan 20 biji dalam lemari es 3 hari kemudian memasukkan dalam cawan I dan J
4.       Menempatkan cawan petri A    , C, E, G, I pada tempat terang dan cawan petri B, D, F, H, J pada tempat gelap. Menjaga agar cawan petri tetap dalam keadaan basah
5.       Mengamati jumlah biji yang berkecambah dan mencatatlah berapa jumlahnya.
6.        Mencatat data yang diperoleh dalam table.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.                HASIL PENGAMATAN

Table dormansi
No
Label
Larutan
Waktu
Jumlah biji

A, B
Tanpa larutan
-           
A (10), B (10)

C, D
Dalam air
60 menit
C (10), D (10)

E, F
HCl 10%
10 menit
E (10), F (10)

G, H
HCl 20%
10 menit
G (10), H (10)

I, J
Dalam lemari es
10 menit
I (10), J (10)

Table perkecambahannya:
No
Cawan petri
Tempat penyimpan
Jumlah berkecambah
Jumlah tidak berkecambah
1.       
A
Terang


2.       
B
Gelap


3.       
C
Terang
10
-
4.       
D
Gelap


5.       
E
Terang

-
6.       
F
Gelap
-
-
7.       
G
Terang
2
8
8.       
H
Gelap
2
8
9.       
I
Terang
10
-
10.   
J
Gelap
4
6



B.                 PEMBAHASAN
Pengamatan proses dormansi pada biji pada praktikum kali ini adalah dengan menggunaan biji kacang tanah (Arachis hipogea). Disini  terdapat beberapa perlakuan dimana 20  biji kacang tanah direndam dalam air selama 60 menit, 20 biji kacang tanah direndam dalam larutan HCl 10% selama 10 menit, 20 biji kacang tanah direndam dalam larutan HCl 20% selama 10 menit, 20 biji disimpan dalam lemari es selama 3 hari, dan 20 biji lagi tanpa perlakuan. Selanjutnya semua kacang tanah tadi dimasukkan ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah diberi label A-J yang kemudian diberi kapas secukupnya dan dibasahi dengan air.  Untuk  cawan petri A dan B diisi dengan kacang tanah yang tanpa perlakuan masing –masing 10 biji , untuk cawan petri C dan D diisi dengan kacang tanah yang telah direndam dengan air masing-masing 10 biji, untuk cawan petri E dan F diisi dengan kacang tanah yang telah direndam NaCl 10% masing-masing 10 biji, untuk  cawan petri G dan H diisi denga kacang tanah yang telah direndam denga NaCl 20% masing-masing 10 biji, dan cawan petri I dan J diisi dengan kacang tanah  yang kemudian diletakkan dalam lemari es selama 3 hari.  Selanjutnya cawan petri A, C, E, G, dan I diletakkan di tempat terang sedangkan wan petri B, D, F, H, dan J  diletakkan di tempat yang gelap.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bawah kacang tanah yang direndam dalam larutan HCl 10% dan 20% pada tempat terang yaitu pada cawan petri E,F,G dan H  mengalami pertumbuhan.. 
Teori yang dikemukakan oleh Ismail (2008), dormansi dapat ditanggunlangi dengan beberapa perlakuan diantaranya pendinginan yang lama, pemanasan untuk mempercepat imbibisi, perendaman dalam asam kuat, secara mekanik dengan menorah biji.Sehingga dapat dikatakan bahwa praktikum yang telah dilkukan tidak bertentangan denga teori yang ada, karena ada upaya untuk mematahkan dormansi  yang disebutkan diatas akan tetapi tetap saja biji tersebut dapat tumbuh.





Paraf asistensi



                (                         )                     
BAB V
PENUTUP

A.                KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dormansi merupakan suatu periode dimana tanaman atau bagian tanaman tidak tumbuh walaupun lingkungan memungkinkan. Factor-faktor yang mempengaruhi masa dormansi yaitu :
a.                         Factor luar: temperature tinggi, tidak ada cahaya untuk perkecambahan,
b.                       Factor dalam: kulit biji, adanya zat kimia, konsentrasi etilen yang rendah, serta                   embrio yang belum masak.

B.                 SARAN
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu diharapkan pada setiap praktikan agar bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum ini agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.














DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2012. Klasifikasi Dormansi Biji. http://wikipedia/Klasifikasi Dormansi Biji/sains.com.
Anonim2. 2012. Dormansi Biji. http://www. Dormansi Biji/a/ kapan lagi.com. Ismail. 2012.
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Salisbury, Frank B, dkk. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan.  Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB.










                                                                                                                                   Asisten

(Safaruddin)