Laporan lengkap praktikum
FISIOLOGI TUMBUHAN
“DORMANSI
PADA BIJI”
OLEH
KELOMPOK V
NAMA :
LIA ALLO LAYUK
STAMBUK :
10270013
PRODI :
BIOLOGI
KELAS :
A
ASISTEN :
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2012/2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Air merupakan komponen utama
dalam tumbuhan, dimana air menyusun 60-90% dari berat daun. Jumlah air yang
dikandung tiap tanaman berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jenis
spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada
tumbuhan perdu. Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90%,
tumbuhan hidrofik 85-98% dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara
100-300 % .Dormansi biji
berhubungan dengan usaha biji untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan
kondisi lingkungan memungkinkan untuk melakukan proses tersebut. (Anonim,
2008).
Pada perkecambahan tumbuhan tidak memulai kehidupan, akan
tetapi meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang secara temporer dihentikan
ketika biji menjadi dewasa dan embrionya menjadi tidak aktif. Biji jenis lain
bersifat dorman dan tidak akan berkecambah, meskipun disesuaikan dalam tempat
yang menguntungkan sampai petunjuk lingkungan tertentu menyebabkan biji
mengakhiri dormansi tersebut (Goldworthy, 1992).
Dormansi terjadi dalam berbagai bentuk. Banyak biji dorman
untuk suatu perioda waktu setelahnya keluar dari buah. Pohon melepaskan
daun-daunnya untuk menghindari bahaya pada waktu udara menjadi dingin dan
kering serta tanah membeku. Banyak tumbuhan basah, bagian atasnya mati selama
perioda musim dingin atau kekeringan, sedangkan bagian yang ada dibawah seperti
bulbus, lormus atau umbi tetap hidup, tetapi dalam keadaan dorman (Tim Dosen,
2008).
Untuk mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang
keras perlu dilakukan perlakuan fisik maupun kimia. Hal inilah yang
melatarbelakangi sehingga percobaan ini dilakukan.
B. TUJUAN
Adapun tujuan
dari praktikum ini adalah untuk
mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras dengan perlakuan
fisik dan kimia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dorman
artinya tidur atau beristirahat. Para ahli biologi menggunakan istilah
itu untuk tahapan siklus hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju
metabolisme yang sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan berkembang. Dormansi
pada biji meningkatkan peluang bahwa perkecambahan akan terjadi pada waktu dan
tempat yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji. Pengakhiran periode
dormansi umumnya memerlukan kondisi lingkungan yang tertentu, biji tumbuhan
gurun, misalnya hanya berkecambah setelah hujan rintik-rintik yang sedang,
tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapat mendukung
pertumbuhan biji (Campbell, 2000).
Benih
dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi berkecambah
walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan terhambatnya proses
metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam waktu yang sangat
bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh
lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari
kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau
tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih
itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara mekanis
atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan
mekanis yang ada seperti amplas,jarum, pisau, alat penggoncang dan
sebagainya. Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti
asam sulfat pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara
tersebut supaya terdapat celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat
masuk kedalam benih (Suetopo, 1985).
Variasi umur benih suatu tanaman sangatlah beragam, namun
juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak akan hidup selamanya. Seperti,
kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. Meningkatnya
kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun beberapa biji
dapat hidup lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam botol atau di udara
terbuka pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan air dan sel
akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan
hara yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat
oksigen normal umumnya mempengaruhi dan merugikan masa hidup biji. Kehilangan
daya hidup terbesar bila benih disimpan dalam udara lembab dengan suhu 35oC
atau lebih (Dwidjoseputro, 1985).
Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi dapat dibagi atas
dua macam, yaitu Impoised dormancy (quiscense) dan imnate dormancy (rest).
Imposed dormancy (quiscence) adalah terhalangnya pertumbuhan aktif karena
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan imnate dormancy (rest)
adalah dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ
biji itu sendiri (Dwidjoseputro, 1994).
Tipe dormansi:
a. Dormansi
fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan. Seperti
kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap
masuknya air dan gas pada beberapa jenis tanaman.
b. Dormansi
fisiologi : dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan
oleh pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh
faktor-faktor dalam seperti ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologi
lainnya.
Dormansi adalah masa istirahat biji
sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena
adanya pengaruh dari dalam dan luar biji (Salisbury dan Ross, 1995).
Perkecambah merupakan transformasi dari
bentuk embrio menjadi tanaman yang sempurna. Perkecambahan biji yang dipermudah
dengan keadaan tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat
tumbuh larut air pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal
lain membuat potensial bahan tanam sebagai sumber keseragaman tanaman menjadi
cukup rumit. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah
tidak akan sama pada kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan
air, temperatur dan organisme ( Sitompul dan Guritno, 1995).
Perkecambahan biji adalah kulminasi
dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses
akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses pekecambahan.
Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin
dan lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena
daerah kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat
penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging
buah (Anonim, 2007).
Pada dormansi ini perkembangan
embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan
benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada
tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai
embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
·
After
ripening
Benih yang mengalami dormansi ini
memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan
membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan
sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang
mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini
berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari
jenis benihnya.Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari
satu tipe terjadi didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara
perlahan-lahan atau disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian
lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi
(Anonim, 2010).
Benih yang dorman dapat
menguntungkan atau merugikan dalam penanganan benih. Keuntungannya benih yang
dorman adalah dapat mencegah agar tidak berkecambah selama penyimpanan.
Sesungguhya benih-benih yang tidak dorman seperti benih rekalsitran sagat sulit
untuk ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi selama pengangkutan atau
penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila dormansi sangat kompleks dan
benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus, kegagalan untuk mengatasai
masalah ini dapat bersifat kegagalan perkecambaan (Anonim, 2010).
Dormansi benih berhubungan dengan
usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada
kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah
membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat
mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio (Salisbury and Ross,
1995).
Skarifikasi merupakan salah satu
upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk
mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang
seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis
maupun chemis. Beberapa jenis biji tanaman memerlukan masa istirahat sesudah
panen. After ripening period ini menunjukkan adanya perubahan biokimia dan
fisiologis dalam biji yang lambat sebelum tumbuh menjadi tanaman.
Perubahan-perubahan ini mungkin mencakup pembebasan hormone, absorpsi air,
difusi oksigen ke dalam biji, difusi CO2 keluar dari biji, dan
sebagainya ( Salisbury and Ross, 1995 ).
Dormansi dapat diatasi dengan
melakukan perlakuan. Perlakuan sebagai berikut (Kartasapoetra, 2003):
Ø Perlakuan
fisik
1. Pemarutan atau penggoresan
(skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih atau
menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara.
2. Melepaskan kulit benih dari sifat
kerasnya agar dengan demikian terjadi lubang-lubang yang memudahkan air dan
udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan.
3. Stratifikasi terhadap benih
dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi (stratifikasi yaitu memberikan
temperature rendah pada keadaan lembab, kebutuhan stratifikasi berbeda untuk
setiap jenis tanaman. Perlakuan dengan temperature rendah dan tinggi).
Temperature tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali
pada kelapa swit.
4. Perendaman biji dengan air panas
sehingga memudahkan air untuk masuk ke dalam biji.
Ø Perlakuan
kimia
Pemberian bahan kimia (H2SO4 pekat
dan KNO3) bertujuan menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki
oleh air pada waktu proses imbibisi.
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
WAKTU & TEMPAT
Waktu : Senin,
Pukul : 13.30 – 15.30 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Universitas Veteran
Republik Indonesia
A.
Alat &
bahan :
Alat
a. Cawan Petri 10 buah
b. Gelas kimia
c. Lemari es
d. Stopwatch
a. Cawan Petri 10 buah
b. Gelas kimia
c. Lemari es
d. Stopwatch
Bahan
a. Biji kacang tanah
b. HCl 10% dan 20%
c. Kapas
d. Air
a. Biji kacang tanah
b. HCl 10% dan 20%
c. Kapas
d. Air
C. CARA KERJA
1.
Menyiapkan 10 cawan petri dan member label A sampai dengan J
2. Memberi alas pada masing-masing cawan petri dengan kapas yang lembab
3. Menyiapkan 100 biji kacang tanah yang baik kemudian:
2. Memberi alas pada masing-masing cawan petri dengan kapas yang lembab
3. Menyiapkan 100 biji kacang tanah yang baik kemudian:
a. Mengambil
20 biji, memasukkan 10 biji ke cawan A dan memasukkan 10 biji ke cawan B
b. Merendam
20 biji dalam air selama 60 menit, kemudian memasukkan dalam cawan C dan D
masing-masing 10 biji
c. Merendam 20 biji ke dalam HCl 10% selama 10
menit, kemudian memasukkan dalam cawan E dan F masing- masing 10 biji
d. Merendam
20 biji kedalam HCl 20% selama 10 menit, kemudian memasukkan ke dalam cawan G
dan H
e. Menyimpan 20 biji dalam lemari es 3 hari
kemudian memasukkan dalam cawan I dan J
4. Menempatkan
cawan petri A , C, E, G, I pada tempat terang dan cawan petri
B, D, F, H, J pada tempat gelap. Menjaga agar cawan petri tetap dalam keadaan
basah
5. Mengamati
jumlah biji yang berkecambah dan mencatatlah berapa jumlahnya.
6. Mencatat data yang diperoleh dalam table.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
PENGAMATAN
Table dormansi
No
|
Label
|
Larutan
|
Waktu
|
Jumlah biji
|
|
A, B
|
Tanpa larutan
|
-
|
A (10), B (10)
|
|
C, D
|
Dalam air
|
60 menit
|
C (10), D (10)
|
|
E, F
|
HCl 10%
|
10 menit
|
E (10), F (10)
|
|
G, H
|
HCl 20%
|
10 menit
|
G (10), H (10)
|
|
I, J
|
Dalam lemari es
|
10 menit
|
I (10), J (10)
|
Table perkecambahannya:
No
|
Cawan petri
|
Tempat penyimpan
|
Jumlah berkecambah
|
Jumlah tidak berkecambah
|
1.
|
A
|
Terang
|
|
|
2.
|
B
|
Gelap
|
|
|
3.
|
C
|
Terang
|
10
|
-
|
4.
|
D
|
Gelap
|
|
|
5.
|
E
|
Terang
|
|
-
|
6.
|
F
|
Gelap
|
-
|
-
|
7.
|
G
|
Terang
|
2
|
8
|
8.
|
H
|
Gelap
|
2
|
8
|
9.
|
I
|
Terang
|
10
|
-
|
10.
|
J
|
Gelap
|
4
|
6
|
B.
PEMBAHASAN
Pengamatan
proses dormansi pada biji pada praktikum kali ini adalah dengan menggunaan biji
kacang tanah (Arachis hipogea). Disini terdapat beberapa perlakuan dimana
20 biji kacang tanah direndam dalam air selama 60 menit, 20 biji kacang
tanah direndam dalam larutan HCl 10% selama 10 menit, 20 biji kacang tanah
direndam dalam larutan HCl 20% selama 10 menit, 20 biji disimpan dalam lemari
es selama 3 hari, dan 20 biji lagi tanpa perlakuan. Selanjutnya semua kacang
tanah tadi dimasukkan ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah diberi label
A-J yang kemudian diberi kapas secukupnya dan dibasahi dengan air.
Untuk cawan petri A dan B diisi dengan kacang tanah yang tanpa perlakuan
masing –masing 10 biji , untuk cawan petri C dan D diisi dengan kacang tanah
yang telah direndam dengan air masing-masing 10 biji, untuk cawan petri E dan F
diisi dengan kacang tanah yang telah direndam NaCl 10% masing-masing 10 biji,
untuk cawan petri G dan H diisi denga kacang tanah yang telah direndam
denga NaCl 20% masing-masing 10 biji, dan cawan petri I dan J diisi dengan
kacang tanah yang kemudian diletakkan dalam lemari es selama 3
hari. Selanjutnya cawan petri A, C, E, G, dan I diletakkan di tempat
terang sedangkan wan petri B, D, F, H, dan J diletakkan di tempat yang
gelap.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bawah kacang tanah yang direndam dalam larutan HCl 10% dan 20% pada tempat terang yaitu pada cawan petri E,F,G dan H mengalami pertumbuhan..
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bawah kacang tanah yang direndam dalam larutan HCl 10% dan 20% pada tempat terang yaitu pada cawan petri E,F,G dan H mengalami pertumbuhan..
Teori
yang dikemukakan oleh Ismail (2008), dormansi dapat ditanggunlangi dengan
beberapa perlakuan diantaranya pendinginan yang lama, pemanasan untuk
mempercepat imbibisi, perendaman dalam asam kuat, secara mekanik dengan menorah
biji.Sehingga dapat dikatakan bahwa praktikum yang telah dilkukan tidak bertentangan
denga teori yang ada, karena ada upaya untuk mematahkan dormansi yang
disebutkan diatas akan tetapi tetap saja biji tersebut dapat tumbuh.
Paraf asistensi
( )
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dormansi
merupakan suatu periode dimana tanaman atau bagian tanaman tidak tumbuh
walaupun lingkungan memungkinkan. Factor-faktor yang mempengaruhi masa dormansi
yaitu :
a.
Factor luar: temperature tinggi, tidak ada
cahaya untuk perkecambahan,
b.
Factor dalam: kulit biji, adanya zat
kimia, konsentrasi etilen yang rendah, serta embrio
yang belum masak.
B.
SARAN
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu
diharapkan pada setiap praktikan agar bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum
ini agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1.
2012. Klasifikasi Dormansi Biji.
http://wikipedia/Klasifikasi Dormansi Biji/sains.com.
Anonim2.
2012. Dormansi Biji. http://www.
Dormansi Biji/a/ kapan lagi.com. Ismail. 2012.
Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Salisbury, Frank B, dkk. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB.
Salisbury, Frank B, dkk. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB.
Asisten
(Safaruddin)