MAKALAH
PENGUIN EMPEROR
OLEH
KELAS
A
KELOMPOK II
LIA ALLO LAYUK 10270013
AFNI METURAN 10270064
SEPRIANUS
10270025
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perilaku hewan
merupakan bentuk strategi adaptasi bagi keberlangsungan hidup hewan yang
meliputi semua gerakan motorik dan semua sensasi yang dialami oleh hewan
sebagai respon atas perubahan internal milieu dan lingkungan eksternal (fisik,
biotis, sosial). Terdapat beragam jenis perilaku pada hewan. Salah satu bentuk
perilaku yang menarik untuk dipelajari adalah perilaku altruisme.
Penguin atau pinguin
(ordo sphenisciformes, famili spheniscidae ) adalah hewan akuatik
jenis burung yang tidak bisa terbang dan secara umum hidup di belahan bumi
selatan. Di seluruh dunia terdapat 16 spesies penguin tergantung pada apakah
dua spesies Eudyptula dihitung juga sebagai spesies. Walaupun seluruh jenis
pinguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun penguin tidak hanya
ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja, terdapat 3 spesies penguin
yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies hidup di kepulauan Galapagos (penguin galapagos ) dan biasanya
menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.
Spesies
penguin terbesar adalah penguin kaisar atau penguin emperor(aptenodytes fosteri ) dengan tinggi mencapai 1,1 meter dan berat 35
kilogram atau lebih. Spesies penguin terkecil adalah penguin peri ( eudyptula minor ) dengan tinggi sekitar
40 cm dan berat satu kg. Secara umum, penguin yang berukuran besar lebih dapat
mempertahankan suhu tubuhnya sehinnga dapat bertahan di daerah dingin,
sementara penguin yang berukuran lebih kecil biasanya ditemukan di daerah
tropis.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana perilaku altruisme daripada penguin emperor dalam
lingkungannya ?
2. Bagaimana reproduksi dari hewan penguin emperor ?
3. Bagaimana penguin emperor memperoleh
makanan ?
C. Tujuan
1.
Mahasiswa mampu mengetahui
perilaku altrunisme penguin emperor dalam lingkungannya.
2.
Mahasiswa mampu mengetahui
cara reproduksi dari penguin emperor.
3.
Mahasiswa mampu mengetahui
cara penguin ini memperoleh makanannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penguin
emperor yang biasa disebut penguin kaisar yang memiliki nama latin aptenodytes fosteri, termasuk jenis penguin yang terbesar di antara famili
penguin lainnya karena penguin ini memiliki tinggi badan mencapai lebih dari 1
meter dan bobot lebih dari 35 kg. Sama seperti pengiun lainnya , penguin
emperor juga memiliki kaki yang berjaring dan bulu tebal di seluruh tubuhnya
yang kedap air, dan merukan spesies burung yang tidak dapat terbang.
Penguin ini dideskripsikan pada tahun 1844
oleh zoologi inggris bernama George
Robert Gray. Namun ciri yang paling terlihat untuk membedakan penguin
kaisar dengan jenis penguin lain adalah garis kuning samar pada bagian
lehernya. Berbeda dengan penguin raja , dimana garis kuning pada leher penguin
ini lebih mencolok dan membentuklengkungan tegas di lehernya daripada penguin
emperor. Terdapat 40 koloni pertangkaran di sekitar
Antartika dan dalam satu koloni tersebut masing-masing berjumlah hingga 10.000
ekor penguin emperor dewasa. Koloni ini akan terus bersama – sama dan saling
menghangatkam satu sama lain dengan cara berdiri saling berhimpitan ,terutama
ketika penguin jantan sedang mengerami telur.
Ternyata,
tidak seperti spesies penguin lain misalnya penguin Adelie, penguin kaisar
menghabiskan lebih banyak waktu menyelam mencari makanan. Mereka hanya
menghabiskan sekitar 30 persen waktu mereka di laut untuk beristirahat di atas
bongkahan es.Penguin kaisar juga tidak melakukan perjalanan jauh di atas es
atau menggunakannya untuk aktivitas lain. Dari penelitian, diketahui pula bahwa
mereka beristirahat sejenak di atas es untuk membantu mereka menghindari satwa
pemangsa, seperti anjing laut.
BAB III
PEMBAHASAN
Penguin emperor (A. fosteri)
merupakan salah satu jenis anggota kelas aves yang tidak dapat terbang. Berikut
adalah susunan klasifikasi spesies ini.
Kerajaan
: Animalia
Filum
:
Chordata
Kelas
:
Aves
Infrakelas
: Neognathae
Ordo
:
Sphenisciformes
Famili
:
Spheniscidae
Genus
: Aptenodytes
Spesies
: Aptenodytes
forsteri
Populasi
penguin emperor hanya terdapat di benua Antartika – kutub selatan bumi,
merupakan daerah terdingin dibelahan
dunia paling selatan dengan suhu terendah
mencapai -73°C. Mereka bersarang disepanjang wilayah tepi pantai benua
Antartika.Penguin emperor dapat bertahan hidup di suhu dingin tersebut karena
lapisan lemak setebal 2-3 cm pada tubuhnya yang berguna untuk menimpan panas
dan memisahkan udara dingim dari luar.
1.1.
Perilaku
Altruisme penguin emperor dalam lingkungannya.
Altruisme
merupakan perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau
kewajiban melainkan tindakan tersebut bersifat sukarela. Secara umum, perilaku
ini dapat berupa suatu tindakan yang justru membahayakan nyawa suatu individu
demi menyelamatkan kehidupan individu lain, baik berupa keturunannya, maupun
satu koloni yang hidup dengannya.
Terdapat
latar belakang altruisme dalam konteks evolusi. Disini, kita mengenal adanya Selfish
genes and Altruistic individuals (Sabini, 1995). Selfish genes cenderung
menghasilkan sifat-sifat seperti kompetisi, dominansi dan hirarki dalam suatu
koloni. Altruisme justru megarahkan suatu spesies untuk melakukan pengorbanan
meskipun dapat membahayakan nyawa sendiri. Dalam contoh ini Selama
empat bulan mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang
terkadang mencapai kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin
jantan tidak punya kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh,
kira-kira dua hari perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat tubuhnya
karena diam selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak pernah
ditinggalkan. Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan tidak
berburu, tetapi menahan laparnya. Jika dilihat, terdapat kemungkinan
individu yang melakukan perilaku altruisme mengalami kematian dan tidak
menurunkan gen tersebut kepada keturunannya karena tidak lolos seleksi alam.
Aktivitas
altruisme ini dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang merupakan suatu hormon
mamalia dan neurotransmiter yang diketahui berhubungan dengan perilaku maternal
dan ikatan, juga modulasi kepercayaan sosial. Secara metabolis yang langsung
berhubungan dengan proses puasa induk jantan, diketahui bahwa mekanisme puasa
dipertahankan dengan cara mengurangi tingkat metabolisme, menguragi pemanfaatan
protein dan pemakaian cadangan lemak.
Berdasarkan
pemaparan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa altruisme pada Aptenodytes
forsteri berlaku sebagai bentuk parental care atau menjaga dari bahaya dan merupakan
perilaku yang alami. Perilaku ini memiliki latar belakang evolusi berupa
pewarisan gen altruisme yang dipertahankan melalui seleksi pada tingkat gen
karena meskipun altruisme cenderung merugikan dan membahayakan nyawa suatu
individu, altruisme memberikan manfaat yang lebih besar pada kelestarian jenis
ini. Seperti halnya bentuk perilaku yang lain, perilaku altruisme (pada A.
forsteri) melibatkan proses fisiologis dan psikologis hewan yang
bersangkutan.
1.2.
Cara
reproduksi dari penguin emperor
Spesies
ini bersifat monogami sepanjang suatu masa kawin. Meskipun, sebagian besar
individu memiliki pasangan baru di setiap tahun (musim kawin). Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa hanya 14.6% pasangan terbentuk kembali di musim
kawin selanjutnya. Di tahun ketiga, hanya 4.9% pasangan yang bertahan .Spesies
yang istimewa ini melakukan perjalanan lebih dari 100 km menuju sarang koloni
untuk kawin sekitar bulan Maret hingga awal April (musim gugur). Pada bulan Mei
hingga awal juni terjadi masa bertelur dimana telur berukuran 460-470 gram
dikeluarkan oleh induk betina dan diserahkan pada induk jantan untuk dierami .
Induk betina kembali ke laut untuk mencai makanan hingga masa mengerami
selesai. Selama masa itu, induk jantan sama sekali tidak memakan apapun Semua
telur diletakkan dan ditetaskan dalam koloni yang sangat kompak. Selain itu,
telur dierami selama waktu musim dingin dimana temperatur lingkungan jatuh
hingga -50oC. karena itu, semua induk jantan harus berkumpul dalam
koloni besar membentuk gerombolan padat sehingga telur tetap dapat terjaga
temperaturnya. Jika telur sampai terpapar apalagi ditetaskan pada suhu dingin,
kematian cepat dapat terjadi pada anakan (Williams, 1995).
Penguin
emperor mengerami telurnya selama musim dingin di kutub. Selain harus melawan
suhu dingin yang mencapai -400 C, pasangan penguin harus menghadapi gletser
pada musim ini. Selama musim dingin, gletser terus meluas, sehingga
memperpanjang jarak antara tempat pengeraman dan laut sebagai sumber makanan
terdekat. Jarak tersebut bisa mencapai lebih dari 100 km. Selama empat bulan
mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang terkadang mencapai
kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin jantan tidak punya
kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh, kira-kira dua hari
perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat tubuhnya karena diam
selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak pernah ditinggalkan.
Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan tidak berburu,
tetapi menahan laparnya. Setelah empat bulan, telur mulai menetas dan penguin
betina tiba-tiba muncul kembali. Selama masa tersebut, penguin betina tidak
menyia-nyiakan waktu, tetapi mencari dan menyimpan makanan di dalam tubuhnya.
Meskipun terletak di antara ratusan penguin lain, penguin betina dapat dengan
mudah menemukan pejantan dan anaknya. Karena sang ibu selalu berburu di masa
pengeraman, perutnya kini penuh. Ia mengosongkan perutnya dan mengambil alih
tugas menjaga si kecil. Saat musim semi tiba, gletser mulai mencair. Lubang
bermunculan di es, yang menampakkan laut di bawahnya. Pasangan induk penguin
mulai berburu ikan lewat lubang tersebut dan memberi makan anaknya.
Memberi
makan si bayi adalah tugas sulit. Kadang-kadang pasangan induk tidak makan
dalam jangka waktu lama demi memberi makan sang anak. Sarang juga tidak mungkin
dibuat karena semuanya tertutup oleh es. Satu-satunya cara menjaga anak dari
udara sedingin es adalah meletakkannya di atas kaki mereka dan menghangatkannya
dengan perut mereka. Oleh karena itu Bertelur membutuhkan waktu yang tepat.
1.3.
Cara penguin emperor memperoleh
makanan
Penguin
emperor hidup di wilayah perairan dingin Antartika (penghuni asli Antartika
secara biogeografi). Habitat terestrialnya terbatas di atas lempeng es, landas
kontinen dan pulau-pulau sekitar Antartika di 66-78 derajat lintang
selatan.Penguin emperor terbiasa berburu makanan di perairan Antartika yang
mana masing-masing individu bisa ditemukan berburu hingga mencapai 65 derajat
lintang selatan.
Penguin
emperor memiliki pendengaran yang amat baik. Jika berada di daratan , penguin
ini amat mengandalkan pendengarannya. Mata penguin beradaptasi untuk
penglihatan bawah air dalam mencari makanan dan menghindar dari pemangsa.
Kemampuan daya pencium pinguin hingga saat ini belum banyak diketahui dan
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Umumnya
penguin memakan krill
(sejenis udang), ikan,
cumi-cumi dan hewan air lainnya yang tertangkap ketika berenang di laut
dengan paruhnya. Penguin dapat meminum air laut karena kelenjar
supraorbital pada tubuhnya
menyaring kelebihan garam
laut dari aliran darah.
Garam ini lalu dikeluarkan dalam bentuk cairan lewat saluran pernapasan
penguin.Tubuh penguin sangat sesuai untuk berenang dan hidup di air.
Sayapnya merupakan pendayung dan tidak mampu untuk terbang. Di daratan penguin
menggunakan ekor dan sayapnya untuk menjaga keseimbangan ketika berjalan.Setiap
penguin memiliki warna putih
di sebelah dalam tubuhnya dan warna gelap (biasanya hitam)
di sebelah luar tubuh. Hal ini berguna untuk kamuflase.
Hewan
pemangsa
seperti singa laut
dari dalam air akan sulit untuk melihat penguin karena perutnya yang berwarna
putih bercampur dengan pantulan permukaan air laut. Sedangkan permukaan gelap
pada punggungnya juga menyamarkan penguin dari pandangan hewan pemangsa di atas
air.
Penguin mampu berenang
dengan kecepatan 6 hingga 12 km/jam bahkan pernah tercatat hingga 27km/jam.
Penguin yang berukuran kecil biasanya menyelam selama satu hingga dua menit
dari permukaan air untuk menangkap makanan. Penguin yang berukuran lebih besar,
yaitu penguin emperor bisa menyelam lebih dalam hingga 565 meter selama 20
menit.Penguin berburu dan makan di air. Tidak banyak makanan dapat ditemukan
pada beku es Antartika, sehingga mereka harus pergi di bawah air untuk
mencari makanan. Sebuah standar penguin diet terdiri dari ikan, cumi-cumi atau
krill. Sebuah Penguin adalah perenang yang hebat dan bisa menyelam bawah laut
yang sangat dalam, menahan napas selama beberapa menit di bawah air.
Fakta mengenai penguin kaisar adalah :
1.
Tidak ada seorangpun
tahu secara pasti darimana penguin mendapatkan namanya, tetapi kemungkinan
besar berasal dari bahasa latin pinguis yang
berarti gemuk
2.
Nenek moyang pinguin
telah hidup sejak 60 juta tahun yang lalu di jaman prasejarah, yaitu waimanu.
3.
Penguin empiror
memiliki penglihatan yang sangat bagus sehingga memungkinkan dia untuk melihat
di dalam kedalaman laut yang gelap.
4.
Semua spesies penguin
tidak memiliki gigi, mereka menangkap ikan dengan paruh yang tajamdan kemudian
langsung ditelan.
5.
Jumlah populasi penguin
telah menurun 50% selama kurun waktu 50 tahun terakhir. Penyebab utamanya
justru karenaberrkurangnya luas wilayah yang tertutup es di Antartika karena
pemanasan global.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penguin emperor yang biasa
disebut penguin kaisar yang memiliki nama latin aptenodytes fosteri,
termasuk jenis penguin yang terbesar di
antara famili penguin lainnya karena penguin ini memiliki tinggi badan mencapai
lebih dari 1 meter dan bobot lebih dari 35 kg.
Altruisme penguin emperor megarahkan suatu spesies untuk melakukan
pengorbanan meskipun dapat membahayakan nyawa sendiri. Dalam contoh ini Selama empat bulan
mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang terkadang mencapai
kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin jantan tidak punya
kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh, kira-kira dua hari
perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat tubuhnya karena diam
selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak pernah ditinggalkan.
Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan tidak berburu,
tetapi menahan laparnya.
Spesies
yang istimewa ini melakukan perjalanan lebih dari 100 km menuju sarang koloni
untuk kawin sekitar bulan Maret hingga awal April (musim gugur). Pada bulan Mei
hingga awal juni terjadi masa bertelur dimana telur berukuran 460-470 gram
dikeluarkan oleh induk betina dan diserahkan pada induk jantan untuk dierami .
Induk betina kembali ke laut untuk mencai makanan hingga masa mengerami
selesai.
Umumnya
penguin memakan krill (sejenis udang), ikan, cumi-cumi dan hewan air
lainnya yang tertangkap ketika berenang di laut dengan paruhnya. Penguin dapat
meminum air laut karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring kelebihan garam laut dari aliran darah.
B. Saran :
Makalah
yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan
partisipasi dari pembaca guna memberikan kritikan dan masukan-masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya, sehingga dapat
bernilai guna dalam proses belajar mengajar serta menambah wawasan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Andrian. Novan.
2007.kumpulan tugas anatomi.fkh.usk.banda aceh .
Dewey, Tanya.
1999. “Aptenodytes forsteri” (On-line), Animal Diversity Web. Accessed
February18,2010.
http://harun-yahya.cnrglab.itb.ac.id/buku/menyingkap012.htm
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Penguin_kaisar
http ://www.KaskusMedia.blogspot.com
Sabini, John. 1995. Social
Psychology. New York: Norton & Company, Inc.
Williams, T. 1995. The Penguins.
Oxford: Oxford University Press.
PICTURE OF
PINGUIN EMPEROR