Jumat, 16 Agustus 2013

makalah perilaku hewan

MAKALAH
PERILAKU HEWAN
PENGUIN EMPEROR
                               


OLEH
KELAS A
KELOMPOK II
LIA ALLO LAYUK 10270013
AFNI METURAN 10270064
SEPRIANUS 10270025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Perilaku hewan  merupakan bentuk strategi adaptasi bagi keberlangsungan hidup hewan yang meliputi semua gerakan motorik dan semua sensasi yang dialami oleh hewan sebagai respon atas perubahan internal milieu dan lingkungan eksternal (fisik, biotis, sosial). Terdapat beragam jenis perilaku pada hewan. Salah satu bentuk perilaku yang menarik untuk dipelajari adalah perilaku altruisme.
Penguin atau pinguin (ordo sphenisciformes, famili spheniscidae ) adalah hewan akuatik jenis burung yang tidak bisa terbang dan secara umum hidup di belahan bumi selatan. Di seluruh dunia terdapat 16 spesies penguin tergantung pada apakah dua spesies Eudyptula dihitung juga sebagai spesies. Walaupun seluruh jenis pinguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun penguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja, terdapat 3 spesies penguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies hidup di kepulauan Galapagos (penguin galapagos ) dan biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.
            Spesies penguin terbesar adalah penguin kaisar  atau penguin emperor(aptenodytes fosteri ) dengan tinggi mencapai 1,1 meter dan berat 35 kilogram atau lebih. Spesies penguin terkecil adalah penguin peri ( eudyptula minor ) dengan tinggi sekitar 40 cm dan berat satu kg. Secara umum, penguin yang berukuran besar lebih dapat mempertahankan suhu tubuhnya sehinnga dapat bertahan di daerah dingin, sementara penguin yang berukuran lebih kecil biasanya ditemukan di daerah tropis.







B.  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana perilaku  altruisme daripada penguin emperor dalam lingkungannya ?
2.      Bagaimana  reproduksi dari hewan penguin emperor ?
3.      Bagaimana penguin emperor memperoleh makanan ?

C.  Tujuan

1.      Mahasiswa mampu mengetahui perilaku altrunisme penguin emperor dalam lingkungannya.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui cara reproduksi dari penguin emperor.
3.      Mahasiswa mampu mengetahui cara penguin ini memperoleh makanannya.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penguin emperor yang biasa disebut penguin kaisar yang memiliki nama latin aptenodytes fosteri, termasuk  jenis penguin yang terbesar di antara famili penguin lainnya karena penguin ini memiliki tinggi badan mencapai lebih dari 1 meter dan bobot lebih dari 35 kg. Sama seperti pengiun lainnya , penguin emperor juga memiliki kaki yang berjaring dan bulu tebal di seluruh tubuhnya yang kedap air, dan merukan spesies burung yang tidak dapat terbang.
 Penguin ini dideskripsikan pada tahun 1844 oleh zoologi inggris bernama George Robert Gray. Namun ciri yang paling terlihat untuk membedakan penguin kaisar dengan jenis penguin lain adalah garis kuning samar pada bagian lehernya. Berbeda dengan penguin raja , dimana garis kuning pada leher penguin ini lebih mencolok dan membentuklengkungan tegas di lehernya daripada penguin emperor. Terdapat 40 koloni pertangkaran di sekitar Antartika dan dalam satu koloni tersebut masing-masing berjumlah hingga 10.000 ekor penguin emperor dewasa. Koloni ini akan terus bersama – sama dan saling menghangatkam satu sama lain dengan cara berdiri saling berhimpitan ,terutama ketika penguin jantan sedang mengerami telur.
Ternyata, tidak seperti spesies penguin lain misalnya penguin Adelie, penguin kaisar menghabiskan lebih banyak waktu menyelam mencari makanan. Mereka hanya menghabiskan sekitar 30 persen waktu mereka di laut untuk beristirahat di atas bongkahan es.Penguin kaisar juga tidak melakukan perjalanan jauh di atas es atau menggunakannya untuk aktivitas lain. Dari penelitian, diketahui pula bahwa mereka beristirahat sejenak di atas es untuk membantu mereka menghindari satwa pemangsa, seperti anjing laut.







BAB III
PEMBAHASAN

            Penguin emperor (A. fosteri) merupakan salah satu jenis anggota kelas aves yang tidak dapat terbang. Berikut adalah susunan klasifikasi spesies ini.
Kerajaan                            :    Animalia
Filum                                 :    Chordata
Kelas                                 :    Aves
Infrakelas                          :    Neognathae
Ordo                                 :    Sphenisciformes
Famili                                :    Spheniscidae
Genus                               :    Aptenodytes
Spesies                              :    Aptenodytes  forsteri

Populasi penguin emperor hanya terdapat di benua Antartika – kutub selatan bumi, merupakan daerah  terdingin dibelahan dunia paling selatan dengan suhu terendah  mencapai -73°C. Mereka bersarang disepanjang wilayah tepi pantai benua Antartika.Penguin emperor dapat bertahan hidup di suhu dingin tersebut karena lapisan lemak setebal 2-3 cm pada tubuhnya yang berguna untuk menimpan panas dan memisahkan udara dingim dari luar.
1.1.            Perilaku Altruisme penguin emperor dalam lingkungannya.
Altruisme merupakan perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban melainkan tindakan tersebut bersifat sukarela. Secara umum, perilaku ini dapat berupa suatu tindakan yang justru membahayakan nyawa suatu individu demi menyelamatkan kehidupan individu lain, baik berupa keturunannya, maupun satu koloni yang hidup dengannya.
Terdapat latar belakang altruisme dalam konteks evolusi. Disini, kita mengenal adanya Selfish genes and Altruistic individuals (Sabini, 1995). Selfish genes cenderung menghasilkan sifat-sifat seperti kompetisi, dominansi dan hirarki dalam suatu koloni. Altruisme justru megarahkan suatu spesies untuk melakukan pengorbanan meskipun dapat membahayakan nyawa sendiri. Dalam contoh ini Selama empat bulan mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang terkadang mencapai kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin jantan tidak punya kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh, kira-kira dua hari perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat tubuhnya karena diam selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak pernah ditinggalkan. Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan tidak berburu, tetapi menahan laparnya. Jika dilihat, terdapat kemungkinan individu yang melakukan perilaku altruisme mengalami kematian dan tidak menurunkan gen tersebut kepada keturunannya karena tidak lolos seleksi alam.
Aktivitas altruisme ini dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang merupakan suatu hormon mamalia dan neurotransmiter yang diketahui berhubungan dengan perilaku maternal dan ikatan, juga modulasi kepercayaan sosial. Secara metabolis yang langsung berhubungan dengan proses puasa induk jantan, diketahui bahwa mekanisme puasa dipertahankan dengan cara mengurangi tingkat metabolisme, menguragi pemanfaatan protein dan pemakaian cadangan lemak.
Berdasarkan pemaparan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa altruisme pada Aptenodytes forsteri berlaku sebagai bentuk parental care  atau menjaga dari bahaya dan merupakan perilaku yang alami. Perilaku ini memiliki latar belakang evolusi berupa pewarisan gen altruisme yang dipertahankan melalui seleksi pada tingkat gen karena meskipun altruisme cenderung merugikan dan membahayakan nyawa suatu individu, altruisme memberikan manfaat yang lebih besar pada kelestarian jenis ini. Seperti halnya bentuk perilaku yang lain, perilaku altruisme (pada A. forsteri) melibatkan proses fisiologis dan psikologis hewan yang bersangkutan.

1.2.            Cara reproduksi dari penguin emperor
            Spesies ini bersifat monogami sepanjang suatu masa kawin. Meskipun, sebagian besar individu memiliki pasangan baru di setiap tahun (musim kawin). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hanya 14.6% pasangan terbentuk kembali di musim kawin selanjutnya. Di tahun ketiga, hanya 4.9% pasangan yang bertahan .Spesies yang istimewa ini melakukan perjalanan lebih dari 100 km menuju sarang koloni untuk kawin sekitar bulan Maret hingga awal April (musim gugur). Pada bulan Mei hingga awal juni terjadi masa bertelur dimana telur berukuran 460-470 gram dikeluarkan oleh induk betina dan diserahkan pada induk jantan untuk dierami . Induk betina kembali ke laut untuk mencai makanan hingga masa mengerami selesai. Selama masa itu, induk jantan sama sekali tidak memakan apapun Semua telur diletakkan dan ditetaskan dalam koloni yang sangat kompak. Selain itu, telur dierami selama waktu musim dingin dimana temperatur lingkungan jatuh hingga -50oC. karena itu, semua induk jantan harus berkumpul dalam koloni besar membentuk gerombolan padat sehingga telur tetap dapat terjaga temperaturnya. Jika telur sampai terpapar apalagi ditetaskan pada suhu dingin, kematian cepat dapat terjadi pada anakan (Williams, 1995).
Penguin emperor mengerami telurnya selama musim dingin di kutub. Selain harus melawan suhu dingin yang mencapai -400 C, pasangan penguin harus menghadapi gletser pada musim ini. Selama musim dingin, gletser terus meluas, sehingga memperpanjang jarak antara tempat pengeraman dan laut sebagai sumber makanan terdekat. Jarak tersebut bisa mencapai lebih dari 100 km. Selama empat bulan mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang terkadang mencapai kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin jantan tidak punya kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh, kira-kira dua hari perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat tubuhnya karena diam selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak pernah ditinggalkan. Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan tidak berburu, tetapi menahan laparnya. Setelah empat bulan, telur mulai menetas dan penguin betina tiba-tiba muncul kembali. Selama masa tersebut, penguin betina tidak menyia-nyiakan waktu, tetapi mencari dan menyimpan makanan di dalam tubuhnya. Meskipun terletak di antara ratusan penguin lain, penguin betina dapat dengan mudah menemukan pejantan dan anaknya. Karena sang ibu selalu berburu di masa pengeraman, perutnya kini penuh. Ia mengosongkan perutnya dan mengambil alih tugas menjaga si kecil. Saat musim semi tiba, gletser mulai mencair. Lubang bermunculan di es, yang menampakkan laut di bawahnya. Pasangan induk penguin mulai berburu ikan lewat lubang tersebut dan memberi makan anaknya.
Memberi makan si bayi adalah tugas sulit. Kadang-kadang pasangan induk tidak makan dalam jangka waktu lama demi memberi makan sang anak. Sarang juga tidak mungkin dibuat karena semuanya tertutup oleh es. Satu-satunya cara menjaga anak dari udara sedingin es adalah meletakkannya di atas kaki mereka dan menghangatkannya dengan perut mereka. Oleh karena itu Bertelur membutuhkan waktu yang tepat.
1.3.            Cara penguin emperor memperoleh makanan

            Penguin emperor hidup di wilayah perairan dingin Antartika (penghuni asli Antartika secara biogeografi). Habitat terestrialnya terbatas di atas lempeng es, landas kontinen dan pulau-pulau sekitar Antartika di 66-78 derajat lintang selatan.Penguin emperor terbiasa berburu makanan di perairan Antartika yang mana masing-masing individu bisa ditemukan berburu hingga mencapai 65 derajat lintang selatan.
            Penguin emperor memiliki pendengaran yang amat baik. Jika berada di daratan , penguin ini amat mengandalkan pendengarannya. Mata penguin beradaptasi untuk penglihatan bawah air dalam mencari makanan dan menghindar dari pemangsa. Kemampuan daya pencium pinguin hingga saat ini belum banyak diketahui dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
            Umumnya penguin memakan krill (sejenis udang), ikan, cumi-cumi dan hewan air lainnya yang tertangkap ketika berenang di laut dengan paruhnya. Penguin dapat meminum air laut karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring kelebihan garam laut dari aliran darah. Garam ini lalu dikeluarkan dalam bentuk cairan lewat saluran pernapasan penguin.Tubuh penguin sangat sesuai untuk berenang dan hidup di air. Sayapnya merupakan pendayung dan tidak mampu untuk terbang. Di daratan penguin menggunakan ekor dan sayapnya untuk menjaga keseimbangan ketika berjalan.Setiap penguin memiliki warna putih di sebelah dalam tubuhnya dan warna gelap (biasanya hitam) di sebelah luar tubuh. Hal ini berguna untuk kamuflase. Hewan pemangsa seperti singa laut dari dalam air akan sulit untuk melihat penguin karena perutnya yang berwarna putih bercampur dengan pantulan permukaan air laut. Sedangkan permukaan gelap pada punggungnya juga menyamarkan penguin dari pandangan hewan pemangsa di atas air.
            Penguin mampu berenang dengan kecepatan 6 hingga 12 km/jam bahkan pernah tercatat hingga 27km/jam. Penguin yang berukuran kecil biasanya menyelam selama satu hingga dua menit dari permukaan air untuk menangkap makanan. Penguin yang berukuran lebih besar, yaitu penguin emperor bisa menyelam lebih dalam hingga 565 meter selama 20 menit.Penguin berburu dan makan di air. Tidak banyak makanan dapat ditemukan pada beku es Antartika, sehingga mereka harus pergi di bawah air untuk mencari makanan. Sebuah standar penguin diet terdiri dari ikan, cumi-cumi atau krill. Sebuah Penguin adalah perenang yang hebat dan bisa menyelam bawah laut yang sangat dalam, menahan napas selama beberapa menit di bawah air.
          Fakta  mengenai penguin kaisar adalah :
1.        Tidak ada seorangpun tahu secara pasti darimana penguin mendapatkan namanya, tetapi kemungkinan besar berasal dari bahasa latin pinguis yang berarti gemuk
2.        Nenek moyang pinguin telah hidup sejak 60 juta tahun yang lalu di jaman prasejarah, yaitu waimanu.
3.        Penguin empiror memiliki penglihatan yang sangat bagus sehingga memungkinkan dia untuk melihat di dalam kedalaman laut yang gelap.
4.        Semua spesies penguin tidak memiliki gigi, mereka menangkap ikan dengan paruh yang tajamdan kemudian langsung ditelan.
5.        Jumlah populasi penguin telah menurun 50% selama kurun waktu 50 tahun terakhir. Penyebab utamanya justru karenaberrkurangnya luas wilayah yang tertutup es di Antartika karena pemanasan global.







BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan

            Penguin emperor yang biasa disebut penguin kaisar yang memiliki nama latin aptenodytes fosteri, termasuk  jenis penguin yang terbesar di antara famili penguin lainnya karena penguin ini memiliki tinggi badan mencapai lebih dari 1 meter dan bobot lebih dari 35 kg.
             Altruisme penguin emperor megarahkan suatu spesies untuk melakukan pengorbanan meskipun dapat membahayakan nyawa sendiri. Dalam contoh ini Selama empat bulan mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang terkadang mencapai kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin jantan tidak punya kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh, kira-kira dua hari perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat tubuhnya karena diam selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak pernah ditinggalkan. Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan tidak berburu, tetapi menahan laparnya.
            Spesies yang istimewa ini melakukan perjalanan lebih dari 100 km menuju sarang koloni untuk kawin sekitar bulan Maret hingga awal April (musim gugur). Pada bulan Mei hingga awal juni terjadi masa bertelur dimana telur berukuran 460-470 gram dikeluarkan oleh induk betina dan diserahkan pada induk jantan untuk dierami . Induk betina kembali ke laut untuk mencai makanan hingga masa mengerami selesai.
            Umumnya penguin memakan krill (sejenis udang), ikan, cumi-cumi dan hewan air lainnya yang tertangkap ketika berenang di laut dengan paruhnya. Penguin dapat meminum air laut karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring kelebihan garam laut dari aliran darah.

B.    Saran :
Makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan partisipasi dari pembaca guna memberikan kritikan dan masukan-masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya, sehingga dapat bernilai guna dalam proses belajar mengajar serta menambah wawasan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Andrian. Novan. 2007.kumpulan tugas anatomi.fkh.usk.banda aceh .
Dewey, Tanya. 1999. “Aptenodytes forsteri” (On-line), Animal Diversity Web. Accessed February18,2010.
http://harun-yahya.cnrglab.itb.ac.id/buku/menyingkap012.htm
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Penguin_kaisar
Sabini, John. 1995. Social Psychology. New York: Norton & Company, Inc.
Williams, T. 1995. The Penguins. Oxford: Oxford University Press.











http://assets.kompas.com/data/photo/2012/11/28/2014192-penguin-kaisar-620X310.jpgPICTURE OF PINGUIN EMPEROR